Review RUANG LINGKUP DAN PERANAN ANTROPOLOGI
KESEHATAN
Penyakit muncul tidak bersamaan
dengan saat munculnya manusia, tetapi sebagaimana diungkapkan oleh Sigerit (Landy
1977), penyakit adalah bagian dari kehidupan yang ada di bawah kondisi yang
berubah-ubah.
Peranan yang pasti dari penyakit dari
evolusi manusia belum difahami secara jelas, tetapi ahli paleopatologi yakin
bahwa ada hubungan antara penyakit dan evolusi manusia. Sebagaimana dikemukakan
oleh Foster dan Anderson (1978) kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku
sehat dapat dipandang sebagai suatu respon yang rasional terhadap hal-hal yang
dirasakan akibat sakit.
Dengan kata lain, ada suatu hubungan intim
dan tidak dapat ditawar-tawar lagi antara penyakit, obat-obatan dan kebudayaan.
Teori penyakit termasuk didalamnya etiologi, diagnosis, prognosis, perawatan,
dan perbaikan atau pengobatan keseluruhannya adalah bagian dari kebudayaan.
Suatu studi tentang konfrontasi
manusia dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem
pengobatan dan obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan
ancaman yang datang disebut antropologi kesehatan (Landy 1977).
1.
BATASAN DAN RUANG LINGKUP
Survei besar pertama yang dilakukan menunjukkan perhatian antropologi
pada kesehatan diterbitkan pada tahun 1953 dengan judul Applied Anthropology in Medicine (Caudill 1953). Awal dari
munculnya istilah yang kemudian menjadi sub disiplin ini dimulai dari tulisan
Schotch tentang surveinya yang utama yaitu Medical
Anthropology, dan tulisan Paul dalam suatu artikel tentang pengobatan dan
kesehatan masyarakat yaitu Medical
anthropologist, pada tahun 1960an.
Ahli-ahli antropologi tertarik untuk mempelajari factor-faktor biologis
dan sosio budaya yang mempengaruhi kesehatan dan munculnya penyakit di masa
sekarang dan sepanjang sejarah kehidupan manusia dipengaruhi oleh dua
keinginan. Pertama, memahami perilaku
sehat manusia dalam manifestasinya yang luas, kedua kepercayaan bahwa teknik-teknik penelitian, konsep-konsep
teoritik, dan data empiric dari antropologi dapat dan seharusnya digunakan
dalam program-program yang direncanakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat khususnya dibidang kesehatan.
a.
Akar Antropologi Kesehatan
Menurut Foster (1978) ada tiga tipe kajian antropologi budaya yang
menjadi akar antropologi kesehatan, yaitu :
1)
Kajian
tentang obat “primitif”, tukang sihir dan majik
2)
Kajian
tentang kepribadian dan kesehatan diberbagai setting budaya
3)
Keterlibatan
ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional dan
perubahan komunitas yang terencana.
McElroy dan Townsend (1985)
menambahkan dua kajian antropologi lain, yaitu
4)
Antropologi
ekologi
5)
Teori
evolusioner.
b.
Batasan Antropologi Kesehatan
Foster dan Anderson (1978) member batasan antropologi
kesehatan sebagai berikut :
“antropologi kesehatan adalah suatu disiplin biobudaya
yang memperhatikan aspek-aspek biologi dan budaya berkenaan dengan perilaku
manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga
berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit”.
Antropologi kesehatan adalah istilah
yang dipakai oleh ahli-ahli antropologi yang mendeskripsikan
1)
Tujuan
akhirnya mendeskripsikan secara meluas dan interpretasi mengenai saling
hubungan bio-budaya, antara perilaku manusia di masa lalu dan masa kini, dengan
derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan
praktis dari pengetahuan tersebut.
2)
Partisipasi
professional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melalui pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara gejala
biososiobudaya dan kesehatan, dan melalui perubahan perilaku sehat dalam arah
yang dipercaya dapat memperbaiki kesehatan dalam arah yang lebih baik.
c.
Ruang Lingkup Kajian Antropologi
Kesehatan
Menurut
Lieban (1977) lapangan kajian utama dari antropologi kesehatan adalah
1)
Ekologi
dan epidemologi
Mengkaji peningkatan penyakit dilihat
dalam kaitannya dengan proses perkembangan/pembangunan.
2)
Etnomedisin
Mengkaji pengobatan rakyat (folk
medicine) klasifikasi penyakit yang berbeda, terapi dan prevensi tradisional.
3)
Aspek
medik dari sistem sosial
Persepsi yang berkembang di
masyarakat bahwa sakit dipandang sebagai sanksi sosial utama (hukuman dari
perbuatan yang salah)
4)
Ilmu
kedokteran (medicine) dan perubahan budaya
Membahas adanya kenyataan bahwa
ketersediaan secara meluas pengobatan modern merupakan salah satu perubahan
yang utama yang telah terjadi disebagian besar Negara.
2.
SUMBANGAN ANTROPOLOGI TERHADAP ILMU
KESEHATAN
Menurut
Foster dan Anderson (1978) ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh
antropologi terhadap ilmu kesehatan.
1)
Perspektif
antropologi
a. Pendekatan Holistik
Memahami suatu
gejala sebagai suatu system. Pendekatan ini dilandasi oleh pengalaman lapangan bahwa
batas pranata-pranata budaya tidak jelas, bahwa suatu pranata tidak dapat
dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata lain dalam
keseluruhan system, bahwa suatu pranata hanya dapat dipelajari dalam konteks
pranata lain yang menopang atau ditopangnya.
b. Relavisme Budaya
Dalam konteks
relativisme budaya, maka dalam merencanakan program perubahan akan bijaksana
jika diawali dengan upaya untuk mengetahui apa-apa yang telah ada yang relevan
dengan program.
2)
Perubahan
: proses dan persepsi/Perubahan Terencana
Suatu perubahan
terencana akan lebih berhasil manakala perencanaan program bertolak dari konsep
budaya.
Perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya
mengubah perilaku kesehatan memfokuskan diri pada bangunan fisik,perilaku yang
Nampak, juga aspek psiko-budaya.
3)
Metodologi
penelitian antropologi
Dengan hidup
ditengah-tengah masyarakat yang distudi untuk beberapa bulan bahkan mendapatkan data yang palsu, dan memahami apa
yang sebenarnya dibutuhkan oleh masyarakat yang menjadi target.
4)
Premis-premis
antropologi
Beberapa premis dari sebagian besar ahli antropologi
kesehatan yang perlu diketahui oleh ahli kesehatan antara lain :
(1) Penyakit dalam beberapa bentuk
merupakan fakta umum dari kehidupan manusia. Penyakit terjadi pada tiap tempat,
waktu dan individu dalam masyarakat.
(2) Seluruh kelompok manusia, telah
mengembangkan metode dan aturan, sesuai dengan sumber daya dan strukturnya,
untuk mengatasi atau merespon terhadap penyakit.
(3) Seluruh kelompok manusia telah
mengembangkan seperangkat kepercayaan, pengertian, dan nilai-nilai yang
konsisten dengan matriks budayanya untuk memahami tentang penyakit dan
menentukan tindakan untuk mengatasinya.
Joyomartono, Mulyono, 2011. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang:
Unnes Press.
Bagus Mila...terus eksis meski praktek lab sudah berakhir...lanjutkan...hehehe
BalasHapus